Saat ini kondisi kebudayaan dan psikologi sosial manusia sudah mendegradasikan kalimat-kalimat Tuhan itu untuk fakultas-fakultas budaya. Jadi kalau dapat duit, Alhamdulillah. Jadi Alhamdulillah di rendahkan. Padahal tidak ada yang tidak Alhamdulillah, tidak ada yang tidak Allahu Akbar, tidak ada yang tidak masyaAllah, tidak ada yang tidak Subhanallah.
Selasa, 07 Februari 2017
Senin, 06 Februari 2017
Tulisanku
Setiap kali nulis aku nggak pernah mikir. Karena yang bekerja kan bukan aku, tapi otak ku. Lha, Otak ku kan bukan aku. Makanya aku nggak lelah karena aku mempekerjakan onderdil-onderdil yang telah Allah sediakan. Nah, mengenai proses berpikir yang benar, hati-hati juga karena efek dari tidak mampu memahaminya adalah menjadi gumunan, menganggap tokoh-tokoh sebagai wali.
Antara Aku dan Setan
Orang tidak biasa menjadi dirinya sendiri dan tak terbiasa melihat orang lain sebagai diri orang lain. Orang hanya siap melihat dirinya dalam keseragaman dengan kebanyakan orang. Orang sakit hati kalau menemukan orang lain tidak seperti dirinya. Orang tidak tahan hati untuk berbeda.
Kalau aku suka bergurau dengan kambing, para tetangga menyimpulkan aku adalah kambing. Kalau aku hadir ke acara partai komunis internasional, orang menyimpulkan aku adalah murtad dan keluar dari Islam.
Padahal aku senang bergaul dengan setan, aku tidak pernah memusuhi setan, karena antara setan dan aku sudah ada pemahaman dua paham bahwa aku tidak mungkin mampu mempengaruhi setan, sementara aku juga insya Allah tidak akan pernah membiarkan diriku dipengaruhi oleh setan. Maka setan lebih merupakan partner dialektika, sebagai kegelapan diperlukan untuk mempertegas cahaya. Hitam diperlukan untuk menghayati putih dan warna lain.
6 februari 2017
14.59